Monday 28 September 2009

Kutukan Persepsi dan Relativitas

Amel (6) merengek minta dibelikan baju baru saat lebaran agar bisa dipamerkan kepada teman2nya.
Antony (15) membentuk band bersama teman2nya agar terlihat cool di mata para gadis.
Alan (17) menato lengannya agar diterima dalam komunitas "jagoan" di sekolahnya.
Amanda (19) rela menahan lapar agar berat badannya terjaga dan predikat "si sexy" tidak hilang darinya.
Pak Amin (45), yang posternya selalu minta dicontreng, membagi-bagikan sembako agar terkesan peduli dengan rakyat...

Persepsi adalah sebuah kekuatan maha besar yang mempengaruhi tingkah laku (kebanyakan) manusia, termasuk saya. Kebutuhan untuk menanamkan persepsi orang lain atas diri kita ada di belakang setiap perilaku manusia. Persepsi pihak luar dapat dibentuk dan direkayasa. Tak bisa dipungkiri, itu adalah salah satu seni dari hidup.
Persepsi mendatangkan relativitas. Relativitas melekat dalam diri setiap manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Akibatnya, seorang individu dapat memiliki berbagai identitas. Mana identitas yang asli, jawabannya bisa beragam.

Tapi saya memilih untuk menjawab bahwa semuanya adalah asli, dalam waktu yang sama juga palsu, relatif terhadap identitas yang lain.

Persepsi dan relativitas adalah kutukan manusia sebagai makhluk sosial.

Yang ingin saya lakukan adalah, membebaskan blog saya ini dari beban kutukan tersebut. Agar setiap tulisan yang ada disini bukan sebagai cerminan kehendak diri untuk menciptakan persepsi tertentu terhadap saya dari para pembaca. Biarlah blog ini menjadi taman bermain ego saya semata, termasuk alter-ego yang tak sempat (atau tak berani?) ternyatakan di kehidupan sehari-hari.


*semua nama dalam posting ini hanya imajinasi belaka,tidak mewakili pihak manapun.