Thursday 5 September 2013

Fotografi film

Selain telepon pintar, kamera single-lens-reflect adalah dua ikon digital yang menandai era modern yang serba instan ini. Kaum muda sebagai penggerak utama dan penulis indikator modernitas adalah pahlawan keberhasilan ikon-ikon tersebut. Sejak 9 tahun lalu sudah banyak godaan dari beberapa teman untuk bermain di ranah fotografi digital. Namun tak ada keinginan untuk itu. Alasan pertama adalah harga peralatan yang mahal. Kedua, saya merasa tidak punya kemampuan dalam dunia menangkap citra dan imaji tersebut.


Tidak ada kaitan dengan muka saya yang jadul (atau mungkin ada?), entah mengapa saya tiba-tiba menyukai  fotografi film. Bukan fotografi dan film, bukan pula fotografi tentang film, tapi fotografi menggunakan media film (negative/positif). Fotografi film memang bisa dibilang mati (suri?), tergerus digitalisasi. Namun ada beberapa penggemar setianya yang tidak dapat sepenuh hati beralih ke fotografi digital. Terima kasih kepada mereka, di era digital ini saya masih bisa menikmati sesuatu yang analog.






Single Lens Reflect (SLR) system


Range Finder (RF) dan View Finder (Zone Focusing) system




Lalu apa yang membuat saya rela berepor-repot ria menggeluti kembali fotografi film?
1. Tonal warna film yang khas, saya jatuh hati.
2. Ada penghargaan atas proses: pengambilan gambar, proses kimiawi film (developing,fixing),cetak,dll
3. Setiap frame sangat dihargai, juga dinanti-nanti. Maklum, tak ada fitur 'preview' di kamera film.
4. Langka, oldschool.
 

fujica mpf105 + lucky shd film
fujica mpf105 + lucky shd film
fujica mpf105 + lucky shd film

canon canonet QL17 + lucky color

canon canonet QL17 + kodak colorplus
Selanjutnya, blog ini akan dipenuhi dengan foto-foto menggunakan film. Mungkin juga beberapa ulasan pribadi tentang peralatan fotografi film.

Selamat menikmati.


No comments:

Post a Comment